Sabtu, 16 Juli 2011

Surat Cinta Allah untuk orang-orang yang beriman



“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS Al-Baqarah 183)

Bagaimana rasanya bila teman-teman mendapatkan surat cinta dari sang pemilik cinta yang abadi? Hmn…pasti senang sekali.
            Panggilan untuk berpuasa yang tergores dalam Al-Quran merupakan sebuah contoh surat cinta yang memang Allah berikan khusus kepada orang-orang beriman saja. Maka beruntunglah orang-orang yang beriman mendapat sapaan khusus pada pemulaan ayat nya. Sapaan penuh cinta yang mampu memompa semangat orang-orang beriman.
Orang-orang beriman akan berkompetensi untuk meraih keberkahan di bulan ramadhan. Maka jangan biarkan diri kita melewati ramadhan begitu saja dan menjadi insan yang tertinggal bahkan kalah dalam kompetensi ini, bukankah Allah swt juga telah menyerukan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan?
            Yuu kita siapkan fisik dan mental kita agar ramadhan kita jauh lebih bermakna dan tentunya mencapai puncak taqwa bersama orang-orang beriman lainnya.
Soo kalau kita sudah tahu bahwa seruan ini merupakan salah satu seruan cinta Allah kepada hambanya yang beriman, kita tidak akan merasa bête lagi jika ramadhan tiba. Persiapan dan penyambutan ramadhan pun mari kita lakukan sebaik mungkin sebagai totalitas untuk memenuhi panggilan cinta Nya.

Hijab itu kini kian samar



            Sungguh disayangkan, sebuah kebijakan pemisahan santri putra dan putri yang dahulu amat dipegang teguh oleh pemimpin pondok, kini mulai pudar. Padahal, kebijakan pemisahan seperti itu sungguh menjaga adanya ikhtilat antara perempuan dan laki-laki.
Bahkan setiap seluruh kegiatan dari kegiatan akbar, sampai kegiatan kecilpun bisa kami lakukan secara masing-masing, tak pernah ada penggabungan kegiatan.
Tetapi kini, saya sungguh kaget ketika melihat berbagai acara yang kini diadakan lebih sering digabung antara perempuan dan laki-laki. Beberapa dari mereka pun tak segan-segan memajang foto berdua antara laki-laki dan perempuan. Sungguh disayangkan, karena ini akan melahirkan generasi yang tak ada ubahnya dengan sekolah diluar (bukan mondok).
 Cari-cari perhatian, PDKT atau semacamnya sampai muncul istilah kakak-kakaan pun menjadi realita yang tampaknya memiliki rating paling tinggi dikalangan mereka. Bukankah hal ini tak ada ubahnya jika mereka sekolah di luar (tidak mondok). Sama saja jika pada nantinya mereka tetap tidak terjaga dalam pergaulan, hanya dibungkus label islami saja. Pacaran menjadi taaruf atau kakak adik dan semacamnya.
Sungguh hal ini bukan maksud saya mencemarkan nama baik lembaga ini, semoga dengan hadirnya tulisan ini bisa menjadi pertimbangan agar keadaan pondok menjadi seperti dulu lagi, tak ada ikhtilat antara santri putra dan putri.
Wallahu ‘alam bishowab.

Teman adalah cerminan kita


Seorang bocah kecil sedang asyik bermain-main dekat kolam ikan di taman di depan rumanhya. Air yang jernih membuat wajah sang bocah kecil terpantul dengan jelas. Ia berfikir bahwa ada orang didalam sana yang memiliki wajah yang sama persis dengan dirinya. Ketika sang bocah mengulurkan senyum manisnya, maka bayangan – yang dikiranya sebagai sahabat- akan memberikan pantulan berupa senyuman yang membuat hati sang bocah dirundung perasaan gembira.
Ups tiba-tiba seekor semut telah menggigit kakinya dan memberikan sedikit sensasi nyeri pada kaki sang bocah. Ia berniat mengarahkan wajahnya ke kolam, dan bercerita dengan ‘sahabat barunya’. Dengan di penuhi perasaan menggebu-gebu dan penuh rasa kekesalan ia mulai menundukkan wajahnya ke kolam. Betapa kagetnya hati sang bocah ketika ia melihat wajah ‘sahabat baru’ yang mengisyaratkan wajah kekesalan. Ia segera berlari ke dalam rumah dan memanggil ibunya dan segera bercerita bahwa ada orang jahat di dalam kolam.
Taukah kalian sahabat??
Hikmah yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah pelajaran bagi diri kita masing-masing untuk selalu bercermin atas perilaku kita terhadap orang lain. Prasangka atau pandangan buruk kita terhadap orang lain bisa jadi bersumber dari perilaku kita terhadap mereka. Karena seorang teman adalah cerminan diri kita. Jika kita memendam kebencian pada dirinya maka ia bisa jadi juga akan memendang kita dengan penuh kebencian. Berbaik sangkalah, Insya Allah sahabat kita pun akan berbaik sangka pula kepada kita.
Waallahu ‘alam bishowab

Sabtu, 02 Juli 2011

Teguran itu Perlu


Teguran itu tanpa kita sadari merupakan hal penting untuk memicu motivasi kesuksesan kita. Begitu juga dengan teguran yang Allah berikan kepada manusia yang pada hakikatnya agar manusia memperbaiki kekurangan dalam pribadinya.
Namun jika teguran sesama manusia tentu saja cara penyampaiannya haruslah benar, agar tak menyakiti perasaannya.
            Karena jika kita tidak ditegur atau diberi saran dan kritik, maka hidup ini apa adanya, tak ada perubahan. Dan stagnasi pada level biasa saja. Dengan teguran tentunya kita tahu dimana letak kekurangan kita dan dengan itu kita menjadi termotivasi untuk berusaha menjadi yang terbaik.
            Namun apa jadinya jika teguran dari seseorang terasa begitu menyakitkan. Berlapang hatinya sobat, dan berusaha untuk berpikir positif bahwa hal itu tak lain untuk kebaikan kita semata, bahkan bisa kita jadikan sebagai cambuk pembangkit semangat agar bisa menjadi lebih baik.
Wallahualam bishowab……a

Jumat, 01 Juli 2011

Setiap orang memiliki masalah



Ada pepatah yang mengatakan bahwa rumput tetangga terlihat jauh lebih hijau dibanding rumput rumah sendiri.
Terkadang ada beberapa orang yang melihat hidup orang lain lebih bahagia dan lebih beruntung daripada dirinya sendiri. Padahal setiap orang punya masalah masing-masing. Dengan masalah maka manusia akan semakin dewasa, karena ujian pada dasarnya jalan utnuk mendewasakan manusia. Dan ujian atau masalah juga merupakan bukti kasih sayang Allah, jika kita lari dari masalah, maka kita lari dari kasih sayang allah.
Masalah yang Allah berikan masih dalam kategori batas kemampuan manusia. Bertawakal kepada Allah merupakan salah satu jalan agar Allah memudahkan setiap urusan kita. Semoga Allah selalu memudahkan kita semua dalam segala urusan….amien…

Esensi Syahadat

Mentoring pecan ini aku mendapatkan ide yang cukup menarik, yaitu menulis kembali materi yang telah disampaikan. Sebelumnya aku bertanya-tanya, tapi cukup dalam hati, karena tanpa dijawab oleh beliau pun manfaat menulis materi mentoring cukup terasa bagi diriku pribadi
            Materi mentoring pekan ini ialah esensi syahadat.
            Banyak orang islam yang terkadang masih belum mengerti dan memaknai betul arti syahadat. Kita coba flah back ke belakang, kita masuki kembali sejarah yang tertulis dalam tinta emas, yang semoga kita bisa jadikan pelajaran bagi kita di zaman ini.
Sejarah apa? Sejarah dimana bilal bin rabah ditindih oleh batu besar di tengah padang pasir yang dihiasi oleh hawa jazirah arab yang begitu menyengat dan seakan memanggang siapa saja yang berada didalamnya.
Beliau tetap enggan mengatakan latta dan uzza sebagai tuhannya, tetapi dirinya tetap menyebutkan Allah sebagi tuhan manusia satu-satunya. Jika kita pikirkan, apa yang menjadi landasan beliau untuk tetap teguh pendirian seperti itu? Jawabannya adalah pengaktualisasian dari Syahadat.
Esensi Syahadat dalam kehidupan kita saat ini contohnya dalam berorganisasi. Totalitas dalam sebuah organisasi merupakan salah satu wadah dalam pengaktualisasian syahadat.
Ketika diri ini di goncang kemalasan, diterpa angin acuh tak acuh, maka syahadat yang telah kita ucapkan perlu ditinjau ulang, apakah pengaktualisasiannya sudah benar?atau masuh harus diperbaiki?
Organisasi akan dipertanggung jawabkan. Bukan hanya kepada pembimbing nya saja melainkan tanggungjawab kepada sang pemilik kehidupan yakni Allah ta’ala. Ketika kita sudah benar-benar bersyahadar dan meyakini bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad rasul Alah maka kita tidak akan ragu dengan datangnya hari pertanggungjawaban itu. Maka kita harus berusaha mewujudkan yang terbaik dengan penuh totalitas.
Waallahu ‘ala’m bishowab

Senin, 27 Juni 2011

Jodoh untuk ibu



"Ibu ini malu sama tetangga kalau harus menikah lagi, udah tua gini, udah gak cantik lagi, lagipula ibu masih sanggup biayain kamu," gerutu ibu ketika aku mencoba membicarakan perjodohan ibu dengan pak haji Rahmat duda beranak satu . Bukan, bukan soal biaya yang ku risaukan Bu, aku hanya khawatir Ibu akan kesepian jika nantinya aku melanjutkan kuliah di Ibu kota. Sedangkan Mba Laras kini sudah ikut suaminya yang bertugas di Aceh, sudah kupastikan Ibu pasti akan kesepian disini, ucapku dalam hati
"Kamu itu aneh, lah wong biasanya orangtua ngasih jodoh buat anaknya, kamu malah ngasih jodoh buat ibu,"
"Aku khawatir ibu kesepian, pak haji Rahmat itu orang baik, rajin ibadah….."
"dan kamu pengin bersodara sama Linda, sahabat kamu yang orang kaya itu kan?" ujar ibu memotong kata-kataku.
Jujur aku dan Linda memang berencana menjodohkan orangtua kami. Ayah Linda yang menduda sejak lima tahun yang lalu karena istrinya meninggal karena kecelakaan sudah sering-kali mengungkapkan keinginannya untuk menikah lagi. Tapi Linda sudah terlanjur sayang pada ibuku yang juga sudah lama menjanda. Dari situ lah Linda merekomendasikan Ibuku pada ayahnya, dan aku disini membujuk ibu untuk mau menerima tawaran dari pak haji Rahmat.
"Pokoknya Ibu, gak mau menikah, Ibu masih trauma sama kejadian waktu itu, Bapak pergi dari rumah dengan membawa semua uang simpanan milik ibu, dan meninggalkan kita bertiga begitu saja," matanya mulai berkaca-kaca. Aku tak tega melihat ibu menangis, cukup sudah penderitaan yang ia rasakan sejak kepergian bapak.
Kudekati ibu yang duduk didepanku, kupeluk tubuhnya.
Sepertinya butuh waktu untuk meluluhkan hati ibu.
***
Suhu tubuh Ibu naik sejak pak Haji Rahmat datang ke rumaku bersama Linda dan mengatakan keinginannya untuk meminang Ibu. Sungguh ini diluar skenario yang aku dan Linda rencanakan. Seharusnya Pak Haji Rahmat akan datang ke rumahku ketika sudah ada aba-aba dariku. Aku sendiri saja belum berhasil melunakkan hati Ibu yang masih trauma atas perilaku Bapak, eh Linda malah sudah mengajak ayahnya ke rumahku, dan sudah kupastikan Ibu marah besar padaku.
Ibu hanya bilang bahwa ia butuh waktu untuk berfikir, Linda dan Ayahnya bisa menerima itu, dan mereka langsung pulang setelah dirasakan hari semakin gelap.
Setelah kepulangan Linda dan Ayahnya, Ibu berdiam diri saja di kamar, dan keesokan paginya ku temui Ibu yang sudah terbaring lemas dengan suhu tubuh yang sangat tinggi.
Ibu menolak ketika aku mengajaknya pergi ke dokter. Ya sudah aku belikan saja obat dan ku kompres keningnya.
Ibu tak bisa jualan hari ini, tapi untungnya uang kiriman Mba Laras masih cukup untuk membeli obat dan untuk keperluan lainnya selama Ibu sakit, aku yang masih menunggu hasil SNMPTN pun tak ada kegiatan lain jadi bisa terus merawat ibu sampai keadaannya membaik.
***
"Ayu, ibu tak mau menikah lagi," ucap Ibu lirih ketika aku menyuapinya makan malam.
"Iya Bu, aku akan membatalkan perjodohan ini asal Ibu sembuh, bagiku tak  apa Ibu tak menikah lagi asal aku masih bisa melihat senyum Ibu seperti dulu."

478 kata
diikutkan dalam lomba flash fiction

Syukur


                                                                                                 Dari surat ‘Abasa
Tetesan embun di pagi hari
Begitu lembut membelai bumi
Hangatnya cahaya mentari
Seakan mendekan seluruh raga ini
            Sungguh indah pagi ini
            Sungguh besar nikmat Ilahhy
            Yang diberikan kepada semua makhluk di bumi
Ada hikmah yang terpendam
Yang wajib kita temukan
Agar hati kian sejuk dengan Iman
            Malukah kita?
            Berbangga atas apa yang kita miliki
            Padahal sejatinya itu pemberian Ilahy
Mestinya diri ini penuh syukur
Atas nikmat yang diberikan
Jangan sampai diri ini tersungkur
Dalam kubangan kesombongan yang penuh kenistaan

kursor