Senin, 27 Juni 2011

hilangnya kebiasaan bermain permainan tradisional pada anak-anak


                Jika saya menyebutkan kata bermain, apa yang muncul dalam benak     anda?  Lalu pernahkan anda memikirkan apa yang ada dalam benak anak-   anak zaman sekarang jika saya ucapkan kata bermain.
Sesuatu yang muncul dalam benak orang dewasa jika mendengar kata bermain pastinya berupa kenangan bermain yang indah ketika masa kecil bersama teman-teman sebaya.
                Lalu apa kiranya yang muncul pada anak-anak zaman sekarang jika mereka mendengar kata bermain. Hmn, sebagian besar mereka berfikir bagaimana caranya menambah chip pada game online mereka.
                Sungguh amat kontras jika dibandingkan dengan zaman dahulu saat kita masih kecil atau pada saat orangtua kita masih anak-anak. Perubahan yang terasa amat kontars itu berupa efek dari kemajuan ilmu dan teknologi.
                Anak-anak zaman sekarang lebih tertarik untuk bermain game online di warnet daripada berkumpul bersama teman sebaya di sebuah lapangan untuk sekedar bermain petak umpet, atau galasin.Terbukti 8 anak dari 10 anak yang saya wawancarai menyatakan bahwa bermain game online lebih asik ketimbang bermain petak umpet dan sejenisnya.
                Alasan mereka pun bermacam-macam. Beberapa dari mereka takut bermain panas-panasan dilapangan dan beberapa lainnya takut di ejek ketinggalan zaman oleh teman-temannya jika ia tak bermain game online. Tapi 2 orang sisanya menyatakan bahwa ia dan sebagian kecil teman-temannya di sekolah masih memainkan permainan tradisional seperti bekel, galasin dan sejenisnya. Jadi sampai saat ini permainan tradisional belum punah seutuhnya, hanya saja makin langka di lingkungan anak-anak sampai           Ketidaktersedianya lapangan yang cukup besar pun menjadi hambatan bagi anak dalam bermain permainan tradisional seperti galasin tak jongkok dan sebagainya yang jelas-jelas membutuhkan lapangan sebagai fasilitas utama. Lapangan yang dulu biasa
                kita gunakan untuk bermain kini berubah menjadi          pemukiman penduduk bahkan yang lebih mengiris hati lagi, tempat itu kini sudah beralih fungsi menjadi temapt pembuangan sampah
                Padahal secara tak kita sadari, ada manfaat yang tersimpan dibalik semua permainan tradisional yang kini telah mulai ditinggalkan.
                 Anak-anak usia 5-12 tahun memang sangat membutuhkan kegiatan bermain, tentunya   bermain dalam konteks ini masih berada dalam batasan wajar, tidak terlalu berlebihan.     Karena kegiatan bermain itu sendiri memberikan manfaat pada individu anak, dalam kegiatan bermain anak dapat menjalin sosialisasi dengan teman-temannya, membangun kerjasama, mengeksplorasi kemampuan mereka dan lain sebagainya. Sedangkan makna yang terkandung dalam permainan tradisional diantaranya :
Ø  Melatih interaksi social pada diri anak, karena dalam permainan tradisional dibutuhkan minimal 2 orang untuk memainkannya, disinilah terjadi interaksi social anak dengan teman sebayanya. Sebuah interaksi yang tidak mungkin didapatkan anak ketika dirinya bermain game online. Karena game online lebih bersifat individualistic.
Ø  dapat memberikan pelatihan seara tidak langsung kepada si anak dalam menyusun strategi untuk menang, setiap anak memiliki keunikan tersendiri untuk menghasilkan strategi, oleh karenanya  kreativitas anak akan terus tergali.
Ø  Dapat meningkatkan imajinasi anak dalam menciptakan peralatan permainan tradisional, karena peralatan yang dibutuhkan berupa pemanfaatan dari lingkungan yang sudah tersedia. Anak dapat berimajinasi dalam menciptakan mobl-mobilan dari kulit jeruk bali, atau memanfaatkan bamboo untuk bermain egrang dan lain sebagainya.
Semua manfaat yang diperoleh dari permainan tradisional tentunya akan membawa dampak positif bagi perkembangan anak di masa depannya.
                Terkadang malah banyak dari orangtua yang notabene sibuk bekerja lebih memilih menyediakan fasilitas internet tanpa pengawasan atau sekedar fasilitas playstasion dibanding memperkenalkan permainan tradisional pada diri anak. Atau tak jarang orangtua yang terlalu khawatir jika anaknya bermain panas-panasan atau kotor-kotoran, sehingga mereka berfikir lebih aman jika menyediakan fasilitas bermain elektronik untuk anak mereka.
                Keadaan serupa pun dialami oleh Negara lainnya  kemajuan teknologi membuat anak semakin jauh. dengan permainan tradisional, permainan tradisional dianggap kuno tak modern, membuat lelah dan lain sebagainya.
                Padahal Indonesia memiliki keragaman permainan tradisonal yang cukup unik diantaranya congklak, gundu, galasin, bekel, benteng, tak umpet, tak jongkok. Dan ada beberapa kemiripan antara permainan tradisional Indonesia dengan Negara lainnya seperti permainan hulahop yang ternyata berasal dari mesir dan sejak 3000 tahun yang lalu, anak-anak di zaman mesir kuno telah memainkan hulahop. Begitu juga dengan congklak yang pernah popular di Malaysia dengan nama Congkak sedangkan dalam masyarakat Inggris congklak dikenal dengan nama Mancala. Permainan tradisonal di Amerika serikat, Afrika, Belanda, India, Jepang, Singapura juga mempunyai kemiripan dengan permainan tradisonal Indonesia antara lain congklak, gasing, sondah mandah dan lain sebagainya.
                Lebih ahsan jika disela-sela waktu senggang, orangtua memperkenalkan sedikit demi sedikit permainan tradisonal. Sebagai contoh, seorang ibu rumah tangga yang sudah menyelesaikan pekerjaan rumahnya hendaknya mengajak anak perempuannya bermain bekel atau congklak. Atau jika hari libur tiba, sang kepala keluarga mengajak anggota keluarganya untuk bermain galasin atu benteng-bentengan dihalaman rumah.
                Dalam ruang lingkup yang lebih besar, lembaga kemasyarakatan memegang peran penting terhadap keberlangsungan kebudayaan permainan tradisional ini, mengapa? Karena lembaga kemasyarakatan dapat menunjukan sikap peduli terhadap hal ini dengan cara disediakannya lapangan bermain  bagi anak-anak, atau menyelenggarakan perlombaan permainan tradisional yang tidak hanya dilakukan pada 17 Agustus saja, melainkan sesering mungkin agar menumbuhkan minat anak untuk bermain permainan tradisional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kursor