·
LINGUISTIK
TRADISIONAL
Tata
bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantic.
1)
Linguistik
zaman yunani
Studi bahasa dari sekitar abad ke- 5 SM samapai sekitar abad ke-2 M
jadi perkiraan sekitar 600 tahun. Masalah yang dibahas oleh para tokoh
linguistiknya yaitu : (a) pertentangan antara fisis
dan nomos dan (b)pertentangan antara analogi dan anomali.
Fisis itu maksudnya
bahasa mempunyai asal usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat
diganti diluar manusia itu sendiri. Oleh karena itu tidak dapat ditolak. Kelompok
yang menganut paham ini yaitu kaum naturalis. Nomos
(konvensional) maksudnya makna-makna kata diperoleh dari hasil tradisi
atau kebiasaan. Kelompok yang menganut paham ini yaitu kaum
konvensional.
Analogi itu maksudnya
bahasa bersifat teratur. Tokoh pada kaum analogi adalah Plato dan Aristoteles. Anomali maksudnya bahasa itu bersifat tidak teratur.
Kaum anomaly sejalan dengan kaum naturalis, kaum analogi sejalan dengan kaum
konversional
Kaum Shopis (muncul pada
abad ke-5 SM)
Studi yang terkenal antara lain: melakukan kerja secara empiris,
pasti dan menggunakan ukuran-ukuran tertentu, serta membedakan tipe-tipe kalimat
berdasarkan isi dan makna. Salah satu tokohnya adalah Protogoras
yang membagi kalimat menjadi kalimat narasi, kalimat Tanya, kalimat jawab,
kalimat peintah, kalimat laporan, doa dan undangan dan Georgias
yang membicarakan gaya bahasa seperti yang kita kenal sekarang.
Plato (429347 SM)
Studi
bahasa yang terkenal antara lain : memperdebatkan analogi dan anomaly juga
dialah orang yang pertama kali membedakan kata dalam onoma
dan rhema. Onoma (bentuk
tunggalnya onomata) dapat berarti : nama, (dalam bahasa sehari-hari), nominal(dalam istilah tata bahasa), subjek. Rhema (bentuk tunggalnya rhemata) dapat berarti :
ucapan, verba ataupun predikat.
Aristoteles (salah seorang
murid plato) (384-322 SM)
Studi
bahasanya yang terkenal antara lain : menambahkan satu kelas kata yaitu syndesmoi atas pembagian yang dibuat Plato. Syndesmoi adalah kata yang lebih banyak bertugas dalam
hubungan sintaksis (kurang lebih sama dengan preposisi
dan konjungsi). Aristoteles
juga membedakan jenis kelamin kata menjadi 3 yaitu : maskulin,
feminim dan neutrum.
Kaum Stoik (awal abad
ke-4 SM)
Studi
bahasanya antara lain :
i.
membedakan
studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa,
ii.
menciptakan
istilah-istilah khusus untuk studi bahasa
iii.
membedakan
3 komponen utama dalam studi bahasa yaitu (a) tanda (semainon)
(b) makna (semainomen atau lekton) (c) hal yang
diluar bahasa (benda atau situasi).
iv.
Membedakan
legein (bunyi yang merupakan bagian dari
fonologi tetapi tidak bermakna) dan propheretal
(bunyi bahasa yang mengandung makna)
v.
Membagi
jenis kata menjadi 4 yaitu : kata benda, kata kerja,
syndesmoi, dan athoron (kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah)
Kaum Alexandrian
Mereka
menganut paham anologi dan mewarisi buku Tata Bahasa Dionysius Tharax (lahir
sekitar tahun 100 SM). Diterjemahkan oleh Remius
Palaemon pada abad 1 M dengan judul Ars Grammatika dan menjadi cikal
bakal tata bahasa tradisional.
Di India pada
tahun 400 SM ada seorang sarjana Hindu bernama Panini
yang menyusun sekitar 400 pemerian tentang struktur tata bahasa sansakerta . Leonard Bloomfield (1887-1949) menyebut Panini sebagai
one of the greatest monuments of the human intelligence
karena buku astdhyasi bukunya itu merupakan deskripsi lengkap dari bahasa
sansakerta yang pertama kali ada.
2)
Linguistik
Zaman Romawi.
Varro
dan “De Lingua Latina”. Buku ini membahas etimologi
(cabang linguistic yang menyelidiki asal usul kata beserta artinya), dan morfologi (cabang linguistic yang mempelajari kata
beserta pembentukkannya). Ia membagi kelas kata latin menjadi 4 bagian yaitu kata benda, kata kerja, partisipel, adverbium.
Menurutnya, kasus dalam bahasa latin ada 6: nominativius
(bentuk primer), genetivius (menyatakan
kepunyaan), dativius (menyatakan menerima), akusativius (bentuk objek), vokativius
(bentuk sapaan), ablativius (menyatakan asal).
Varro juga
membedakan deklinasi (perubahan bentuk kata yang
berkenaan dengan kategori, kasus, jumlah dan jenis) menjadi deklinasi naturalis (bersifat reguler) dan voluntaris (bersifat ireguler).
Institutiones
Grammaticae (tata bahasa priscia). Buku ini menjadi dasar tata bahasa latin dan
filsafat pada zaman pertengahan serta membahas Fonologi (mengkaji bagian
terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan), morfologi dan sintaksis (tata susun
kata yang selaras dan menunjukan kalimat itu selesai) . Bunyi dibedakan menjadi
4 macam yaitu : vox artikulata (bunyi yang
ducapkan untuk membedakan makna), vox martikulata
(bunyi yang tidak diucapkan untuk menunjukan makna), vox
litterata (bunyi yang dapat dituliskan) dan vox
iletterata (bunyi yang tidak dapat dituliskan). Serta ada 8 jenis kata yaitu
: nomen (kata benda), verbum (kata kerja), participium, pronomen (kata
pengganti), adverbium (atribut verbum), praepositio (preposisi), interjectio
(menyatakan perasaan), conjuctio (kata hubung).
3)
Zaman
Pertengahan.
Studi bahasanya mendapat perhatian penuh dari kaum skolastik.
Tokoh yang terkenal pada zaman ini adalah Petrus Hispanius. Ia memiliki peran
penting dalam bidang linguistic diantaranya : membedakan nomen menjadi 2 yaitu nomen substantivum dan adjectivum
juga membedakan partes orationes atas categorematik (semua bentuk yang dapat menjadi subjek
atau predikat) dan syntategorematik (semua
bentuk tutur lainnya).
4)
Zaman
Renaisans (zaman pembukaan abad pemikiran modern).
Terdapat
2 hal yang menonjol : (1) sarjananya menguasai bahasa Latin, Yunani, Ibrani dan
Arab (2) bahasa Eropa juga mendapat perhatian dalam pembahasan tata bahasa.
5)
Menjelang
lahirnya linguistic modern. Merupakan tonggak penting dalam studi bahasa
·
LINGUISTIK
STRUKTURALIS (Mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan cirri atau sifat khas
yang dimiliki bahasa itu).
1.
Ferdinand
de Sausure (bapak linguistic modern 1857-1913).
Pandangan
yang dimuat dalam bukunya yang berjudul Course de Linguistique Generale yaitu
(a) telaah sinkronik (mempekajari bahasa pada
kurun waktu tertentu saja) dan diankronik (mempelajari
bahasa sepanjang zaman), (b) perbedaan langue
(keseluruhan system tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara
para anggota suatu masyarakat bahasa dan bersifat abstrak) dan parole (pemakaian bahasa oleh masing-masing anggota
masyarakat bahasa dan bersifat konkret), (c) perbedaan significant
(citra bunyi yang timbul dalam pikiran kita) dan signifie
(pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita). Significant dan
signifie merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan serta (d) hubungan sigmatik (hubungan antara unsur-unsur yang terdapat
dalam suatu tuturan yang tersusun secara berurutan dan bersifat linear dan paradigmatic (hubungan antara unsur-unsur yang
terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat
dalam tuturan yang bersangkutan)
Hubungan
sigmatik terdapat pada tataran fonologi, morfologi dan sintaksis. Pada tataran
fonologi yaitu :
a-y-a-m/
m-a-y-a/ y-a-m-a
apabila
urutannya diubah, maka maknanya akan berbah bahkan tidak bermakna sama sekali.
Pada tataran morfologi yaitu pada kata meja hijau kata ini tidak bisa
diubah menjadi hijau meja karena maknanya akan berubah. Pada tataran
sintaksis yaitu : ada kalimat yang jika diubah susunannya tidak akan mengubah
makna seperti : Maya libur hari Senin / Hari Senin Maya libur. Namun ada
kalimat yang berubah makna jika susunannya diubah seperti : ini baru bir/ ini
bir baru.
Hubungan
Paradigmatik terdapat pada tataran fonologi, morfologi dan sintaksis. Pada
tataran fonologi yaitu : r-a-t-a/ k-a-t-a/ b-a-t-a. Pada tataran morfologi
yaitu : me-masak/ di-masak/ ter-masak. Pada tataran sintaksis yaitu Umar-mencuci-baju/siti-memasak-air.
2.
Aliran
Praha
Aliran
ini lahir pada tahun 1926 dan
diprakarsai oleh VilemMathesius (1822-1945). Tokoh-tokoh
lainnya yaitu Nikolai S. Trubetskoy, Roman Jakobson dan Morris Halte, mereka
memiliki pengaruh yang besar terutama dalam bidang fonologi. Bidang fonologi
aliran paha merupakan aliran yang pertama yang membedakan dengan tegas antara fonetik (mempelajari bunyi itu sendiri) dan fonologi (mempelajari bunyi dalam suatu system)
Selain itu aliran ini juga memperkenalkan
morfonologi (meneliti hubungan fonologis yang
terjadi sebagai akibat hubungan morfem dengan morfem). Villem Mathesius
menelaah kalimat melalui pendekatan fungsional
3.
Aliran
Gloesematik
Aliran
ini lahir di Jerman. Tokohnya yaitu Louis Hjemslev
(1899-1965). Menurutnya teori bahasa haruslah bersifat sembarang saja
serta teori itu harus dapat dipakai secara tersendiri untuk dapat
memperhitungkan kemungkinan- kemungkinan yang timbul dari premis-premisnya. Ia
menganggap bahasa dan sebagai suatu system hubungan bahasa mengandung 2 segi, segi ekspresi dan segi isi. Masing-masing segi
mengandung forma dan substansi.
4.
Aliran
Firthian
Tokohnya
yaitu John R firth (1890-1960) melahirkan teori
mengenai Fonologi prosodi yaitu suatu cara untuk
menentukan arti pada tataran fonetis. Selain itu ia berendapat bahwa telaah
bahasa harus memperhatikan komponen sosiologis.
5.
Linguistik
sistemik
Tokohnya
yaitu M.A.K Halliday ia mengembangkan teori neo-firthian linguistic yang
sekarang dikenal dengan teori linguistic sistemik. Pokok pandangannya adalah
(a)
Memberikan
perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa
(b)
Memandang
bahasa sebagai pelaksana
(c)
Mengutamakan
pemerian cirri bahasa tertentu beserta variasinya.
(d)
Mengenal
adanya gradasi dan kontinum
(e)
Menggambarkan
tiga tataran utama bahasa yaitu :
SUBSTANSI
|
|
FORMA
|
|
SITUASI
|
Substansi fonik
Substansi grafik
|
Fonologi
Grafologi
|
Leksis
Gramatikal
|
konteks
|
Tesis, Situasi langsung
Situasi luas
|
ü Substansi : bunyi dan
lambang yang digunakan waktu berbicara dan menulis
ü Substansi fonik : substansi
bahasa lisan
ü Substansi grafik : substansi bahasa tulis
ü Leksis : menyangkut
butir-butir lepas bahasa dan pola tempat letaknya
ü Gramatikal :
menyangkut kelas butir bahasa dan pola temoat letaknya
ü Forma : susunan
substansi dalam pola yang bermakna
ü Tesis : tuturan apa
yang sedang dibicarakan
ü Situasi langsung :
tuturan yang betul-betul diucapkan orang
ü Situasi luas :
menyangkut semua pengalaman yang mempengaruhi untuk memakai tuturan tersebut
6.
Leonard
Bloomfield (1877-1949) dan Strukturalis Amerika
Tokohnya yaitu Leonard. Aliran ini berkembang di Amerika sekitar
tahun 30-an sampai 50-an. Faktor penyebabnya adalah :
Ø Mereka ingin memerikan bahasa Indian secara sinkronik
Ø
Dalam
memerikan bahasa aliran strukturalisme, mereka mendasarkan diri pada fakta
objektif yang dapat dicocokan dengan kenyataan yang dapat diamati
Ø
Diantara
linguis ada hubungan yang baik karena adanya The Linguistic Society of
Amerika yang merupakan wadah tempat melaporkan hasil kerja mereka.
Cara kerja dalam aliran ini yaitu :
melalui pendekatan empiric, data dikumpulkan dan diklasifikasikan berdasarkan
distribusinya, maka sering disebut juga sebagai kaum
distribusionalis dan aliran taksonomi
karena aliran ini menganalisis dan
mengklasifikasi unsure-unsur bahasa berdasarkan hubungan hireakinya.
7.
Aliran
Tagmemik
Tokohnya
yaitu Kenneth L. Pike. Aliran ini bersifat
strukturalis tetapi antropologis Menurutnya
satuan dasar dari sintaksis adalah tagmem (yang
artinya susunan dalam bahasa Yunani). Tagmem
adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan sekelompok
bentuk-bentuk kata yang dapat saling bertukar untuk mengisi slot tersebut. Kalimat diungkapkan dengan rumus :
S;FN
+ P:FV + O:FN (Subjek: Frase Nominal + Predikat
:Frase Verbal + Objek: Frase Nominal)
Dalam
perkembangan lebih lanjut, sebuah kalimat memiliki pola :
S
|
KGH
|
P
|
KKt
|
O
|
KB
|
K
|
FD
|
Pel
|
|
ak
|
|
tuj
|
|
al
|
|
Saya
|
Menulis
|
Surat
|
Dengan
Pensil
|
·
LINGISTIK TRANSFORMASIONAL DAN ALIRAN-ALIRAN SESUDAHNYA
Banyak
tokoh yang merasa terdapat kekurangan pada model structural sehingga merevisi
model structural disana sini
1.
Tata
Bahasa Transformasi
Tokohnya
yaitu Noam Chomsky yang menulis buku Syntactic Structure. Menurutnya, salah satu tujuan
penelitian bahasa adalah untuk menyusun kata bahasa dari bahasa tersebut. Setiap
tata bahasa dari suatu bahasa merupakan teori dari bahasa itu sendiri dan
bahasa itu harus memenuhi 2 syarat yaitu :
a.
Kalimat
yang dihasilkan harus diterima oleh pemakai bahasa, wajar dan tidak dibuat buat
b.
Tata
bahasa harus berbentuk sedemikian rupa sehingga istilah yang digunakan tidak
berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja dan harus sejajar dengan teori linguistic
tertentu.
Chomsky
membedakan kemampuan (competence) dan perbuatan
berbahasa (performance). Kemampuan adalah
pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa mengenai bahasanya. Performance adalah pemakaian bahasa itu sendiri dalam
keadaan yang sebenarnya. Menurut aliran ini, sebuah tata bahasa hendaknya
terdiri dari sekelompok kaidah yang tertentu jumlahnya tetapi dapat
menghasilkan kalimat yang tidak terbatas jumlahnya. Tata bahasa terdiri dari 3
komponen yaitu (a) komponen sintaksi (b) komponen semantic
(c) komponen fonologis.
2.
Semantik
Generatif
Menjelang
dasawarsa tujuhpuluhan, beberapa murid Chomsky antara lain Postal, Lakoff, MC Cawly dan Kiparsky memisahkan diri
dari kelompok Chomsky. Kelompok ini dikenal dengan nama kaum semantic generatif. Menurut teori ini, struktur semantik dan
struktur sintaksis bersifat homogen dan untuk menghubungkannya cukup dengan
kaidah transformal saja dan sudah seharusnya kedua hal itu diselidiki bersama
sekaligus karena keduanya adalah satu. Menurut teori ini argument adalah sesuatu yang dibicarakan dan predikat itu semua yang menunjukan hubungan,
perbuatan, sifat dsb. Jadi, dalam menganalisis sebuah kalimat, teori ini
berusaha mengabstraksikan predikatnya dan menentukan argumennya. Dalam
mengabstraksikan predikat, teori ini berusaha menguraikannnya lebih jauh sampai
diperoleh predikat yang tidak dapat diuraikan lagi, yang disebut predikat inti.
3.
Tata
Bahasa Kasus
Teori
ini diperkenalkan oleh Charles J Fillmore dalam
karangannya yang berjudul “The Case for Case”
tahun 1968. Didalamnya ia membagi kalimat menjadi (1) modalitas
yang bisa berupa unsure negasi, kala, aspek dan adverbial dan (2) proposisi yang terdiri dari sebuah verba yang disertai
dengan sejumlah kasus (hubungan antara verba dengan nomina). Makna dalam sebuah
kalimat dirumuskan seperti berikut :
+
[--- X, Y, Z] seperti OPEN + [A (agent:pelaku), I (Instrument: alat), O (objek:tujuan)
Dalam
teori tahun 1968 ia tidak membatasi jumlah kasus, pada tahun 1971 Kaus dibatasi
menjadi agent, experience
(peristiwa psikologi), object, means, source (keadaan, tempat atau
waktu yang sudah), goal (keadaan, tempat
atau waktu yang kemudian), dan
referential (acuan).
Persamaan teori ini dengan teori semantic generative
adalah sama-sama menumpukan teorinya pada predikat atau
verba.
4.
Tata
Bahasa Relasional
Muncul
tahun 1970-an dengan tokohnya yaitu David M, Perlmutter
dan Paul M. teori ini berusaha mencari kaidah kesemestaan bahasa.menurut
teori ini, setiap struktur bahasa terdiri dari jaringan relasional yang
meliputi tiga macam maujud yaitu:
(a).
seperangkat simpai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen
di dalam suatu struktur
(b).
seperangkat tanda relasional yang merupakan nama
relasi gramatikal yang disandang oleh elemen itu dalam hubungannya dengan
elemen lain.
(c).
Seperangkat ‘coordinates’ yang dipakai untuk
menunjukan pada tataran yang manakah elemen itu menyandang relasi gramatikal
tertentu terhadap elemen yang lain.
·
TENTANG
LINGUISTIK DI INDONESIA
1.
Indonesia
memiliki beragam bahasa sehingga para ahli Belanda dan Eropa menelitinya uuntuk
kepentingan pemerintahan colonial. Penelitiannya masih bersifat observasi dan klasifikasi. baru sampai pada tahap
deskripsis sederhana mengenai system fonologi, morfologi, sintaksis serta
pencatatan butir-butir leksikal beserta terjemahan maknanya dalam bahasa eropa
dalam bentuk kamus. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Van der Tuuk, Brandstetter, Dempwolf dan Kernte;ah
mampu merumuskan teori seperti ‘hukum van der tuuk’,
‘hukum R-G-H’ dan hokum ‘R-D-L’. Beberapa hasil
penelitian mereka dapat kita lihat pada sejumlah buku Bibliographical Series. Pendeskripsian terhadap
bahasadaerah masih dilakukan oleh pusat bahasa sampai sekarang
2.
Gema
konsep linguistic hadir di Indonesia pada akhir tahun 50-an. Awalnya pendidikan
linguistic masih terpaku pada konsep tata bahasa tradisional. Semenjak
kepulangan linguis Indonesia dari Amerika, seperti Anton
M, Moeliono dan T.W. Kamil barulah diperkenalkan konsep fonem, frase dan
klausa. Tatapi muncul anggapan bahwa konsep linguistic modern merusak bahasa
dan pendidikan bahasa. Awal tahun 70-an terbit buku yang berjudul ‘Tata Bahasa Indonesia’ karangan Gorys Jeraf
menjadikan konsep linguistic modern mulai diterima.
Datangnya
Prof Verhaar, guru besar linguistic dari Belanda
yang kemudia disusul dengan adanya kerjasama kebahasaan Indonesia-Belanda
menjadikan studi linguistic terhadap bahasa daerah dan nasional di Indonesia
semakin Marak.
3.
Tanggal 15 November 1975
berdiri organisasi kelinguistikan dengan nama Masyarakat
Linguistik Indonesia (MLI) yang anggotanya adalah para linguis serta mengadakan
kegiatan seperti seminar linguistic dll. Sejak tahun 1983 MLI menerbitkan
jurnal dengan nama Linguistik Indonesia. Sebelumnya, di Indonesia sudah ada
majalah Linguistik berbahasa Inggris dengan judul NUSA
yang dirintis oleh Prof. Dr. J.W.M Verhaar SJ. Tetapi
jurnal itu tidak terbit lagi saat ini.
4.
Penyelidikan
bahasa Indonesia banyak dilakukan oleh orang luar seperti di Universitas Leiden di Belanda, Robins di London yang mengkaji bahasa sunda, Grijins di Belanda juga
yang mengkaji dialek Jakarta dsb.
5.
Bahasa
Indonesia menduduki tempat sentral dalam kajian linguitik sekarang sebab bahasa
Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa persatuan serta telah mempunyai
sebuah buku tata bahasa baku dan sebuah kamus besar yang disusun oleh pakar yang
handal. Serta tercatat beberapa nama seperti Kridalaksana,
Kaswanti Purwo, Dardjowidjojo dan Soedarjanto yang telah menghasilkan tulisan mengenai segi
dan aspek bahasa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar