Setiap
manusia adalah pemenang. Bahkan ketika sperma menuju sel telur pun sudah mulai
terjadi persaingan dan kita inilah sang pemenang. Bukan hanya itu, janin harus
bertahan dalam rahim sang ibu selama 9 bulan lamanya. Jika tidak bertahan, maka
kita tidak mungkin terlahir dan menghirup aroma kehidupan di dunia. Kitalah sang pemenang… Lalu apa yang mesti
kita khawatirkan di dunia ini? Bahkan dulu kita mampu mengalahkan puluhan ribu
sperma lainnya untuk mencapai sel telur… hebat bukan?
Maka tak ada
alasan bagi diri kita untuk terpuruk, tertinggal bahkan tidak berprestasi. Kita
terlalu menanggung banyak beban dalam hidup kita. Tercekoki oleh hal-hal negative setiap detik,
sehingga terekan jelas pada otak bawah sadar kita sehingga menciptakan
kenyataan bahwa diri kita lemah dan tak mampu berprestasi.
Bentakan
demi bentakan sering kita terima ketika dulu, ketika kita masih kecil mencoba
berkreasi mencoret-coret dinding, makan berantakan, main tanah, serta berbagai
keunikan khas anak kecil lainnya. Hal itu ditelan mentah-mentah oleh otak bawah
sadar kita. Lama kelamaan membentuk mind(pikiran) berkelanjutan menjadi
action(prilaku) kemudian habit
(kebiasaan) dan pada stadium akhir akan membentuk nasib kita. Bahaya kan?
Yuk no many
mind, hilangkan beban-beban yang menjadi pikiran kita, maafkan kesalahan orang
yang mengoyak batin kita, tahu kan kisah sahabat yang masuk surge karena dia
setiap malamnya selalu memafkan orang yang telah mendzoliminya. Gimana, gimana?
Yuk kta coba, Forgive and forget. Maafkan lalu lupakan, kita akan tumbuh
menjadi manusia tanpa beban yang dapat melesat jauh menuju kesuksesan.