TUJUAN
METODE INI DAN KARATERISTIK
1.
Metode
ini bersandar pada sisi kemanusiaan siswa yang mengajak untuk menghargai siswa
sebagai manusia, memperhatikan perasaannya, kesukaannya, serta
tujuan-tujuannya. Dan menghormati bahasa Ibu serta budayanya. Pengungkapan
dalam perkara ini merupakan unsure-unsur pokok dalam proses pembelajaran.
2.
Meyakini
bahwa pemikiran metode ini dibantu dari teknik-teknik yang berasal dari agama
nasrani. Dan bahwa diri Crhon sendiri merasa takjub atas teknik-teknik ini.
3.
memperhatikan
unsur-unsur pengucapan dalam bahasa, dan mengurangi kegelisahan yang dimiliki
para siswa, dan menanamkan ketenangan dalam dalam hati-hati mereka. Dan
menanamkan kepercayaan diri pada diri mereka. Dan memberikan kesempatan pada
mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka. Dimulai dengan pemecahan
permasalahn-permasalahan diri dan permasalahan sosial. Selain itu metode ini
meyakini bahwa diri siswa memiliki keberanian dalam belajar, juga mendorong
siswa untuk memakai bahasa tujuan.
4.
Jumlah
kelompok siswa dalam kelas ini tidak lebih dari 15 orang dan dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil yang setiap kelompoknya berjumlah sekitar 5 orang
siswa. Setiap kelompok mencerminkan suatu kelompok dari kelompok-kelompok yang
ada dalam komunitas bahasa tujuan. Salah satu anggotanya mengungkapkan
perasaannya dan guru mengawasi mereka dan melaksanakan tugasnya sebagai
pembimbing, menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dan memberikan penjelasan
pada mereka, membantu mereka dalam mengucapkan kata dan ungkapan, dan menerjemahkannya
dari bahasa ibu ke bahasa tujuan, sebaiknya guru tidak mencampuri urusan mereka
jika tidak dibutuhkan.
5.
Tidak
ada kurikulum dan buku pedoman yang digunakan dalam metode ini. Seorang guru
medengarkan murid-muridnya dan meminta apa yang dibutuhkan oleh mereka,
memperhatikan motivasi mereka dan
kesukaan mereka juga tujuan mereka dalam belajar. Kemudian guru memilih materi
yang cocok dengan siswa-siswanya tersebut
6.
Menggabungkan
metode ini diantara kelompok kegiatan. Sebagiannya terbatas pada langkah dalam
metode ini, sebagiannya berasala dari kreatifitas sang guru. Maka dari itu,
kelas dibagi dalam beberapa kelompok kecil, memberikan kesempatan kepada para
siswa untuk mengadakan percakapan bebas. Guru mendengarkan dengan penuh
perhatian kepada setiap siswa yang berbicara dalam bahasa ibu secara pelan
kemudian guru menerjemahkan ucapan siswa kedalam bahasa tujuan. Ucapan ini
direkam dan dikumpulkan serta dianalisis dan menuliskan beberapa ungkapan dan
kalimat.
7.
Metode
ini berjalan dengan 5 tahapan menyerupai tahap pertumbuhan bahasa yang dimiliki
oleh anak kecil dalam memperoleh bahasa ibunya, tahapan-tahapan tersebut adalah
:
Tahap
1
Para siswa membuat pernyataan dengan suara keras didalam bahasa ibu
mereka, apapun yang ingin mereka komunikasikan kepada orang lain dalam
kelompok. Guru menempatkan tangannya dibahu siswa, menerjemahkan ucapan
tersebut dengan suara lembut ke telinga
siswa. Siswa tersebut kemudian mengulangi ucapan tersebut setelah model guru
merekamnya dalam tape. Siswa yang lain, yang ingin memberi tanggapan, akan
member tanda keinginan ini kepada guru, yang kemudian dating kesekitar
lingkaran dan memberikansuatu padanan bahasa target untuk siswanya dengan cara
yang sama. Lagi tanggapan direkam dalam tape, demikianlah hingga akhir percakapan
dialog secara keseluruhan direkam. Naskah yang terekam dalam tape ini kemudian
digunakan dalam sesi kelas sebagai suatu sumber input untuk analisis dan
praktek bahasa. Proses ini digambarkan dalam contoh pelajaran yang akan
diberikan nanti.
Tahap
2 :
Tahap kedua ini dikenal sebagai tahap “menyatakan diri”
(self-assertive stag), yang berbeda dari yang pertama, dalam tahap ini siswa
mencoba menyatakan apa yang ingin mereka katakana tanpa intervensi dan bantuan
terus menerus dari guru.
Tahap
3 :
Dalam “tahap melahirkan” (birth stag) ini siswa menambah kebebasan
mereka dari guru dan berbicara dalam bahasa baru tanpa terjemahan, jika
siswa-siswa lain tidak memerlukan.
Tahap
4 :
Tahap “remaja” atau “pembalikan” (adolesent atau reversal) adalah
suatu tahap dimana siswa telah menjadi cukup kuat untuk menerima umpan balik
korektif dari guru atau anggota kelompok lainnya.
Tahap
5 :
Tahap bebas (independent) ini ditandai oleh interaksi yang bebas
antara siswa dan guru, setiap orang memberikan koreksi dan peningkatan gaya
dalam suatu semangat masyarakat. Melalui tahap ini, tingkat kepercayaan tinggi,
dan tidak ada individu dengan jenis ini mendapat umpan balik dari orang lain
dalam kelompok. Setiap saat dimana setiap orang diberi semangat, diterima, dan
dimengerti.
TEORI DAN
PENDEKATAN
Metode
ini belum berdiri –pada awal kemunculannya- diatas prinsip-prinsip linguistic.
Juga tidak berdasarkan pada teori linguistic juga tidak ada keanehan di
dalamnya. Karena Kieran sendiri bukanlah
seorang ahli linguistic dan tidak berkonsentrasi pada studi teori linguistic.
Walaupun begitu, metode ini bertolak dari studi psikologi dan terikat pada
bidang bimbingan dan konseling. Khususnya pada teori kepribadian oleh Carl
Roger yang dikenal sebagai “Roger’s Self Theory of Personality”, seperti yang
pernah kita bahas sebelumnya.
Tetapi La Forge salah satu murid
Kieran yang mengembangkan teori ini, memasukan teori-teori linguistic yang
sebagian besar teorinya berasal dari bahasa tradisional. Seperti pentingnya
pemahaman siswa terhadap system bunyi bahasa tujuan. Dan menntukan makna
pokoknya. Seperti pembahasan tentang pola dasar bunyi bahasa dan nahwunya.
Hanya saja hal itu merupakan yang
terpenting dari perhatian La Forge mengenai bahasa sebagai proses ilmu social
yang menyeluruh menekankan bahwa pemahaman ini berbeda dengan apa yang disebut
pemahaman tradisional untuk proses komunikasi. Pemahaman itu dibangun diatas
teori keinformasian. Dibatasi atas 3 unsur-unsur tardisional yaitu : pengirim,
pesan dan penerima. La Forge menolak teori komunikasi singkat dan dia
memakai proses social untuk linguistic yang terdiri dari 6 proses yaitu
a.
Proses
humanistic yangs sempurna
b.
Proses
pendidikan dan pembelajaran
c.
Proses
interaksi manusia atau hubungan antar pribadi.
d.
Proses
pertumbuhan
e.
Proses
komunikasi
f.
Proses
kebudayaan
Dalam bidang
studi linguistic dan pengajarannya, Kieren berusaha menerapkan teknik-teknik
bimbingan konseling yang bertolak dari pendekatan humanistic dan proses KBM
serta menolak 2 teori yaitu teori behaviorisme dan teori kognitif. Kedua teori
ini membawa aspek-aspek kemanusiaan dalam pembelajaran. Jika Kieren berpendapat
bahwa studi linguistic dalam ruang lingkup teori social merupakan proses
membangun, maka metode ini brdiri atas hubungan social yang berhasil antara
siswa dan guru begitu juga antara sesama guru.
Seyogyanya terdapat empat syarat
yaitu : perhatian dan regresi, menjaga dan memperhatikandan prbedaan. Kieren
menekankan bahwa tersedianya empat syarat ini adalah pokok untuk pemerolehan bahasa dan syarat untuk
memungkinkan penggunakan bahasa tersebut dalam mencapai tujuan komunikasi si
luar kelas.
FUNGSI SISWA,
GURU DAN BAHAN AJAR
1.
Fungsi
Guru
Fungsi
pokok guru adalah bimbingan dan konseling, memperlakukan siswa selayaknya
sahabat mendengarkan mereka dengan sikap yang santun, mmbantu mereka memahami
permasalahan-permasalahan mereka melalui penyusunan maupun menganalisisnya.
Kemudian mengarahkan siswa pada pemecahannya, terkadang juga guru membantu
mereka.
Fungsi guru dibatasi melalui lima
tahapan-tahapan pertumbuhan yang dimiliki oleh siswa yang telah kita bahas
sebelumnya. Dimulai dengan kepercayaan diri yang sempurna pada guru, memulai
kepercayaan dirinya sebagian di akhiri dengan menyempurnakan kepercayaan dirnya
secara menyeluruh. Guru belum menunaikan kewajiban utamanya dengan sempurna
jika ia belum membuka hatinya untuk para siswa nya serta menerima cinta dari
mereka dan juga selama belum tersedianya lingkungan yang aman dimana para siswa
merasakan kebebasan dan memotivasi mereka untuk mengungkapkan
permasalahan-permasalahan yang ada dalam diri mereka, kebutuhan mereka serta
keinginan-keinginan mereka. Guru harus mewaspadai kebebasan yang berlebihan
akan menimbulkan keributan dan tidak memperhatikan pelajaran. Meminta perhatian
dengan seksama merupakan hal yang sulit.
Guru harus memperhatikan perbedaan
latar belakang, kebudayaan, karateristik pribadi siswa seperti memperhatikan
perbedaan antara satu tahapan pertumbuhan dengan tahapan yang lain.
Bersandar pada hal itu, guru
melaksanakan fungsi-fungsi pokok lainnya secara sempurna. Seperti membagi siswa
dalam beberapa kelompok, mengawasi ucapan mereka menerjemahkannya dari bahasa
ibu ke bahasa tujuan, menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka serta
menjelaskannya,
2.
Fungsi
Siswa
Studi
linguistic dalam metode ini bergantung pada kerjasama penuh antara guru
pembimbingnya dengan siswa dan antara siswa dengan teman-temannya dalam satu
kelompok atau di luar kelompoknya. Maka fungsi murid berhubungan dengan fungsi
guru. Fungsi-fungsi tersbut diantaranya : kerjasama dan kejujuran guru
dengan rekan-rekannya, kontribusi dalam menyediakan keamanan dan kebebasan di
dalam kelas, mendengarkan dengan sadar apa yang terjadi di kelas baik dalam
percakapan maupun bimbingan, kepatuhan ketua kelompok terhadap guru, memahami
masalah, mencari solusi yang tepat dan mempelajari teknik-teknik dialog dan
diskusi.
Kadang-kadang siswa melaksanakan
tugas guru dalam kelompok, membantu mereka dalam menerjemahkan, memecahkan
problem yang berhubungan dengan bahasa tujuan dan budayanya. Apabila guru
bertanggungjawab atas semua siswanya dalam tahapan pertumbuhan bahasa
sesungguhnya siswa mengawasi dirnya sendiri pada tahapan mencoba dan
mengembangakannya perlahan sebagai pendahuluan untuk percaya diri.
3.
Fungsi
Bahan Ajar
Studi
linguistic dalam metode ini tidak memerlukan adanya buku pedoman karena proses
pembelajaran berbeda dengan metode lain. Bahan ajar dalam metode ini disesuaikan
dengan kondisi dan keadaan dan perbedaan siswa perbedaan problem-problem, keinginan
dan tujuan-tujuan mereka. Hanya saja metode ini mencapai kepada komunikasi
social dengan bahan yang telah direkam yang dapat membantu dalam analisis dan
penerapannya, kadang-kadang dikumpulkan dalam gambar-gaambar pokok dari suatu
pelajaran membaca atau menulis yang biasa disebut oleh guru sebagai sarana
pembelajaran, seperti papan tulis, LCD diatas kepala mereka, papan-papan serta
gambar-gambar dan alat perekam.
KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN METODE INI
1.
Kelebihan
a. Memperhatikan sisi-sisi kemanusiaan
siswa. Karena sisi-sisi itulah yang dominan pada pembelajar bahasa serta kebutuhan
kelompok siswa akan sebuah perhatian pada aspek kemanusiaan ini.
b. Memperhatikan siswa serta bahasa ibunya dan latar belakang dan
budayanya, hal itu dapat membantu membentuk sisi positif pada siswa untuk
memahami bahasa tujuan serta wawasan penutur aslinya.
c. Metode ini diwarnai oleh
beberapa metode yang telah kita pelajari sampai saat ini. Memperhatikan problem-problem
siswa, kebutuhan mereka serta tujuan mereka. Yang diyakini oleh beberapa pakar bahwa
hal itu dapat membantu pembangunan kecakapan berbahasa mulai dari tahapan awal.
d.
Hubungan yang erat antara guru pembimbing dan
siswanya, hubungan itu membutuhkan penutur asli khususnya pada tahap awal
pembelajaran, hingga guru tersebut menjadi satu-satunya pusat utama untuk
mengenal kelompok, teknik-teknik pergaulan dengan penutur asli menggunakan
bahasa tujuan.
e. Kebasan yang diberikan
metode ini kepada siswa-siswa untuk memilih judul yang memulai dialog juga ikut
serta di dalamnya. Guru tidak boleh ikut campur didalamnya, guru hanya membantu
mengurangi rasa gugup dan kesalahan mereka, sehingga siswa senang ikut serta
dalam dialog tersebut
f. Memperkenalkan kefasihan
berbahasa sesuai kaidah. Memperbaiki kesalahan siswa. Guru memotivasi siswa
untuk menambah penggunaan bahasa tujuan
g. Memperhatikan pembelajaran kerjasama, menumbuhkan jiwa social di
dalam kelas sehingga menambah kesemangatan pada diri siswa, serta memotivasi
agar murid berhubungan baik dengan guru dan memotivasi siswa agar lebih kreatif
h. Guru membantu murid dalam mencapai pemahaman kaidah bahasa dengan
masing-masing individu melalui ucapan serta aktifitas mereka. Bukan dengan cara
menjatuhkan. Guru juga membantu penggunaan kosakata, ungkapan dan susunan
bahasa tujuan agar mudah dimengerti
i. Pembelajaran bahasa dalam
metode ini menyedikitkan beban-beban aktifitas guru jika tidak dibutuhkan seperti
persiapan kurikulum pedoman serta menyusun buku sekolah. Yang memerlukan waktu,
tenaga serta uang yang ekstra.
2.
Kelemahan
a.
Metode
ini tidak bersandar pada kurikulum serta buku pedoman. Metode ini bersandar
pada keinginan siswa serta aspek-aspek bahasa tujuan dan kebudayaannya dimana
siswa kurang menguasainya
b.
Metode
ini tidak memperhatikan perbedaan-perbedaan individu diantara para siswa,
karena metode ini memperhatikan sisi-sisi kemanusiaan dalam kecakapan berbicara
serta menerlantarkan aspek-aspek akademik dan kecakapan menulis.
c.
Metode
ini terikat pada bimbingan konseling dengan kurikulum yang tidak tersusun yang
dimiliki oleh pembelajar berbahasa asing. Kadang-kadang guru menemukan
kesulitan dalam memahami tugasnya pada kelompok-kelompok siswanya
d.
Studi
linguistic pada metode ini membutuhkan guru yang mempunyai kemampuan khusus
dalam berinteraksi dengan siswa, memiliki latar belakang dalam bimbingan
konseling
e.
Banyak
pakar yang meragukan kesukseskan filsafat bimbingan dan konseling dalam
pembelajaran bahasa asing karena banyak alas an diantaranya tidak adanya
kurikulum dan sulit dalam mempraktekannya
f.
Studi
linguistic pada metode ini merupakan pembelajaran yang kurang. Siswa yang
selesai dari kegiatan ini dengan pemahaman bahasa dan kebudayaan yang telah ia
miliki juga beberapa susunan bahasa yang ia gunakan dalam komunikasi lisan
dengan bahasa tujuan memang menjadi lebih baik. Namun pemahaman seprti itu
belumlah cukup karena mereka masih lemah
dalam membaca dan menulis.
g.
Pada
mulanya metode ini bersandar pada teknik-teknik dari agama nasrani. Sedikit sekali
manfaat darinya dalam mempelajari bahasa arab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar