Minggu, 05 Agustus 2012

segores kisah dari terminal

                 
      Siang hari udara ibu kota makin terik, seakan jilatan sinar mataharinya siap melahap apapun yang ada di pemurkaan bumi. Aku... aku masih disini setia dengan tumpukan koran yang siap ku jajajkn pada setiap penumpang bis ibu kota di terminal ini. 
              Nanar ku pandangi setumpuk koran yang terasa makin hari makin tak mampu ku jual. Entah mengapa akhir-akhir ini banyak manusia yang tak tertarik pada gudang wawasan nan berharga ini. Jika masalahnya soal harga, membeli sebuah koran tidak akan membuat mereka jatuh miskin, bahkan jika ku lihat mereka berpakaian indah, bersepatu mahal dan tampak elegan sekali, namun enggan menambah wawasan dengan membaca koran... Hmn jika sudah seperti ini keadaannya aku hanya bisa berhusnuzhon.
              Sekarang dunia makin canggih, mengakses wasasan tak hanya dari sebuah koran, Namun aku yakin Allah tak akan meninggalkan hambanya, seekor cicak yang melata pun mampu mencari makanannya, padahal sang mangsa berupa seekor nyamuk yang terbang kesana kemari. Husnudzon inilah yang makin hari makin menguatkan aku dalam mencari rizki.
              Rasanya istirahat sejak sudah harus ku hentikan, karena kulihat sebuah bis kota kembali bertengger di sudut terminal, menunggu sang penumpang yang hendak berkelana entah dengan tujuan apa, yang aku tahu aku berharap ada secercah harapan disana yang memang Allah janjikan bagi setip hamba Nya yang berikhtiar mencari rezeki yang halal. Ada secercah cahaya yang akan segera ku raih demi berlanjutnya kehidupan anak istriku dirumah....

Nb = terinspirasi dari penjaja koran yang seringsekali ku lihat di sudut terminal....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kursor