Pengarang =
Felix Y Siaw
Tahun =
Cetakan pertama, Agustus 2011 / Ramadhan 1432
Penerbit =
Khilafah Press
ISBN =
978-602-97164-1-2
Berawal dari perkataan sang Rasul mengenai takluknya kontastinopel dalam
cahaya Islam, Sultan Mehmed II menempa dirinya agar layak menjadi seorang
panglima terbaik, seperti yang dikatakan oleh manusia terbaik sepanjang masa
Rasulullah saw :
لَتُفْتَحَنَّ
القُسْطَنْطِيْنِيَّةُ فَلَنِعْمَ الأَمِيْرُ أَمِيْرُهَا وَلَنِعْمَ الجَيْشُ
ذَالِكَ الجَيْشُ
(Sungguh, Konstantinopel akan di taklukan oleh kalian. Maka
sebaik-baik adalah pemimpinnya dan sebaik baik pasukan adalah pasukan yang
menaklukannya)
Konstantinopel
terletak tepat di tengah dunia, yang menjadikan pelabuhannya sebagai pelabuhan
tersibuk pada masanya. Dari 20 km garis pertahanan kota, 13 km diantaranya
berbatasan dengan laut dan hanya 7 km yang berbatasan dengan dataran. Sebelah utara kota berbatasan dengan Selat
tanduk, sebelah timur berbatasan dengan selat Boshporus, sebelah selatan
berbatasan dengan laut Marmara, dan di sebelah barat inilah satu-satunya
wilayah yang berbatasan dengan daratan. Maka dari itu Konstantinopel bagaikan
mutiara di tengah perairan.
Kota ini dijuluki juga sebagai “The City with
Perfect Defense” karena 7 km garis pertahanan yang berbatasan dengan daratan
itu merupakan tembok kokoh berlapis tiga dengan parit sedalam 10 meter dan
lebar 20 meter di barisan dinding terluar yang akan menyiutkan nyali siapapun
yang datang untuk menaklukan konstatinopel. Tembok ini berdiri dengan angkuhnya
selama 11 abad tanpa ada satu pasukan pun yang mampu meruntuhkannya. Hanya
ketika perang Salib 1204 kaum Kristen Eropa pernah menerobos dinding pertahanan
kota melalui selat Tanduk Emas, namun sesudah itu, penduduk Konstantinopel bahu
membahu merenovasi sehingga diding pertahanan mampu berdiri lebih kokoh
daripada sebelumnya.
Jika kondisi pertahanan konstantinopel
sedahsyat ini, pantas saja jika hanya
panglima dan pasukan terbaik yang mampu menaklukannya.
Mehmet
II kecil, begitu antusias mendengarkan hadits rasul yang tiap malam dibacakan
oleh ayahnya Sultan Murod II. Sehingga terekam dalam otak bawah sadarnya bahwa
dirinya lah panglima terbaik yang akan menaklukan Konstantinopel, dirinyalahh
yang akan menggoreskan sejarah emas untuk merelalisasikan kebenaran perkataan
Rasulullah saw.
Usianya
baru 16 tahun ketika ia mampu menguasai 8 bahasa guna melayakkan dirinya untuk
menaklukan Konstantinopel, ia pun tak pernah meninggalkan shalat malam semenjak
akhir baligh hingga akhir hayatnya, karena ia yakin, ibadah serta kedekatan dirinya
dengan Rabbul Izzati sangat mempengaruhi ketercapaian visinya untuk menaklukan
Konstantinopel.
Ia
mempersiapkan segalanya dengan sangat matang padahal usianya kurang lebih 21
tahun. Ia membuat meriam terbesar yang pernah ada pada masanya. Ia juga mampu
menciptakan kejutan-kejutan dahsyat dalam setiap strategi perangnya, memotivasi
setiap pasukkannya untuk menjaga iman serta ibadah agar Allah berkenan membantu
dalam penaklukan ini.
Bersama
250.000 pasukan Sultan Mehmed II berangkat dari Edirne menuju tembok kokoh
berlapis 3. Diantaranya ikut serta ahli perang, ahli pembuat meriam, ahli
pembuat terowongan bawah tanah, ahli batu serta ulama guna membimbing setiap
pasukan agar tidak keluar dari jalur syariat Islam.
Dalam
buku ini penulis menuliskan secara detail bagaimana sengitnya pertempuran yang
berlangsung selama 54 hari serta kejutan-kejutan apa saja yang dihadirkan oleh
Sultan Mehmed II sang penakluk terbaik. Buku ini menghadirkan atmosfir kesemangatan
Sultan Mehmed II dalam diri kita, dalam hidup kita dan dalam setiap langkah
kita sehingga kita juga layak menjadi al-fatih al fatih berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar