Minggu, 26 Juni 2011

Disaat Dakwah Tak Berjalan Indah


"Perjuangan memang tak semulus yang kita bayangkan, sayang. Pasti ada kerikil-kerikil yang akan menghiasi perjalanan dakwah kita," ucap Bunda lembut.  bunda memang selalu bisa membuat Dina kembali bersemangat, meluruskan kembali niat yang ia untuk terus berjuang menyampaikan ilmu yang ia miliki walau hanya satu ayat.
            Kerikil-kerikil itu memang kini sedang mewarnai perjuangan dakwah Dina. Beberapa adik binaannya kini tak lagi hadir dalam kegiatan mentoring yang sudah sejak enam bulan lalu dilakoninya.
            Adik binaan Dina memang merupakan siswi terbaik dari sekolah mereka dan  mereka kini mendapatkan beasiswa pendidikan dari pihak sekolah selama enam bulan. Tetapi pihak sekolah memberikan syarat kepada penerima beasiswa untuk mengikuti kegiatan mentoring. Jadilah Dina yang merupakan alumni sekolah tersebut di amanahkan oleh kepala sekolah untuk membimbing siswi terbaiknya.
            Selama ini dirinya memang tidak menemui kesulitan dalam membimbing mereka. Mereka selalu hadir dalam kegiatan rutin tersebut. Tapi setelah libur semester ganjil satu-persatu dari mereka mulai menghilang, absen dari mentoring tanpa alasan yang jelas.
Ya sudah tiga pekan ini Mutia tidak hadir dalam mentoring tanpa alasan yang jelas, kali ini Sri juga ikut-ikutan membolos seperti Mutia, ketika Dina mencoba menanyakan hal ini pada Endah yang merupakan sahabat karib mereka berdua, ia diam tak bergeming. Ada apa ini?. Bahkan tiap kali  Dina mencoba menanyakannya via telefon, selalu tak diangkap, sms pun tak dibalas.
Perjuangan menyebarkan kebaikan di jalan allah memang butuh kesabaran dalam menghadapinya. Bayangkan mentee yang awalnya berjumlah sepuluh orang kini semakin pecan kian menyusut jumlahnya bahkan sampai saat ini hanya tinggal 3 orang yang tersisa.  Kemana sisanya?.
***
"Itu namanya suudzon Dina," ucap Bunda ketika Dina mencoba menceritakan apa yang terjadi dalam kegiatan mentoring yang ia bina. Tujuh dari sepuluh orang menteenya terserang Muntaber  yakni mundur tanpa berita.
            "Suudzon bagaimana Bunda, wong jelas-jelas Sri dan Mutia engga ikut mentoring tanpa alasan. Minggu berikutnya Tia dan Resti juga ikut hilang tanpa berita, eh hari ini Nining, Mawarni, dan Tyas juga ikut jejak mereka yang gak hadir. Kalau begini terus adik binaan Dina bisa habis Bunda," ujarnya kesal sambil mengambil tahu isi buatan bunda dan memasukannya dalam mulut.
            "Kamu kan belum cek dan belum liat dengan mata kepala kamu apa benar mereka sengaja gak ikut mentoring, atau memang ada sesuatu yang mendadak yang tidak bisa ditinggalkan tetapi belum sempat memberitahu kamu apa alasnnya, jangan selalu memelihara suudzon sayang, kalau memang kamu belum bisa membuktikan kebenarannya," seru bunda sesekali matanya menatap Dina seolah memberikan keyakinan dan kekuatan pada dirinya, tetapi tangan lincah milik Bunda tak lepas dari sodet dan penggorengan.
            Maafkan aku Bunda telah mengganggumu memasak, bisik Dina pelan, bahkan terdengar hanya seperti gurauan yang ditujukan pada dirinya sendiri. Tetapi tangan Dina langsung meraih  sodet yang dipegang Bunda dan membiarkan Bunda beristirahat sambil menonton televisi, sedangkan dirinya kini mengambil alih pekerjaan memasak dari Bundanya.
Dina sengaja melakukannya, memberikan kesempatan Bunda untuk istirahat sedangkan ia mencoba mendinginkan kepalanya dengan membantu Bunda menggoreng tahu isi. Ia mencoba membawa dirinya pada suasana menyenangkan karena ia sedari dari terlalu serius memikirkan mentee yang absen mentoring.
            "Tapi awas jangan melamun," ujar Bunda yang sedikit mengkhawatirkan Dina .Bunda khawatir Dina masih memikirkan kerikil-kerikil kecil yang mengganggu perjalanan dakwahnya.
            "Siip Bunda,"
***
Malamnya Dina berusaha mencerna kata-kata bunda, bahwa dirinya jangan tergesa-gesa dalam memberikan dugaan yang belum terbukti kebenarannya. Ia harus segera mencari tahu apa yang menjadi alasan mentee-menteenya yang absen dalam mentoring.
            Ternyata belakangan ia baru tahu dari Kepala Sekolah bahwa beasiswa yang mereka terima kini sudah dihentikan, dan bergilir kepada siswi yang lain. Hmn rupanya hal itu penyebabnya, hati Dina mulai menduga-duga. Ups tak sadar dirinya suha mulai berprasangka buruk lagi pada mentee nya.
            Penyelidikan belum berakhir, Dina belum bisa menemukan apa yang menjadi alasan pasti mengapa mentee nya absen mentoring.
Hari ini Dina memang tak ada jadwal kuliah, ia sengaja menyempatkan diri menunggu kepulangan mentee nya yang sudah beberapa pekan ini tak hadir dalam mentoring. Ia hanya ingin mengetahui apa yang menjadi alasan mereka yang absen dalam kegiatan mentoring beberapa pekan terakhir. Ia akan berusaha menjadikan mentee nya tetap istiqomah berada di jalan Allah.
            Tak menunggu lama, bel tanda jam pelajaran telah usai pun bordering. Dirinya siap mencari wajah-wajah mentee yang tak asing lagi.Berhasil, ia berhasil menemui empat mentee dari tujuh mentee yang dicarinya. Dengan hati-hati Ia mencoba menanyakan alasan mengapa mereka tak hadir lagi dalam mentoring.
            "Beasiswa yang kita terima sudah dihentikan kak, jadi apa gunanya kita ikut mentoring, toh kalaupun kita ikut mentoring, kita gak kan dapet beasiswa lagi kan?"
ucap Mawarni mewakili isi pikiran ketiga temannya ketika Dina mencoba mengajak mereka agar ikut mentoring seperti dulu lagi.
            Terjawab sudah dugaan-dugaan negative yang selama ini berputar dalam pikiran Dina.
            Ada segores luka yang amat perih yang dirasakan Dina dalam jiwanya saat mereka melontarkan alasannya. Tak cukupkah Dina selama ini memberikan pemahaman ajaran Allah pada mereka hingga kini mereka mampu berkata demikian?
            Ya Allah kuatkan aku. Bisik Dina pada hati kecilnya mencoba memberikan kekuatan pada dirinya sendiri.
            "Udah ya kak, kita masih banyak urusan ni, daah kak Dina," ucap mereka yang masih bisa dibalas Dina dengan senyuman paling manisnya yang diiringi ribuan doa untuk diri mereka agar mereka bisa kembali mengkuti mentoring dan tetap istiqomah dalam jalan penuh cahaya yang dipenuhi oleh ridho Allah swt.
***
            Tiga orang baginya bukan halangan untuk terus menebar kebaikan, tapi tentu saja doa-doa masih terus dipanjatkan Dina pada mentee yang kini sudah tidak mau mengikuti kegiatan mentoring.
            Sunggu ada sebersit kerinduan di hati Dina pada mereka. Rindu karena hati yang terikat dalam ikatan suci bernama ukhuwah. Rindu pada gelak tawa yang terkadang mewarnai disela-sela materi. Entah terbalas oleh ketujuh mentee nya atau tidah tetapi hati Dina tetap merindu.
            Bukan hanya doa yang  dilakukan Dina agar mentee nya kembali ikut kegiatan yang dulu rutin mereka lakoni. Bicara dari hati ke hati pun tak jarang ia lakukan meski dirinya harus meluangkan waktu lebih untuk ketujuh mentee yang mundur tanpa kabar. Ia tak rela jika seandainya mentee yang sudah sangat ia sayangi walau hanya bersama selama enam bulan itu berjalan dalam jalan yang tidak diridhoi sang Khalik, atau bersenang-senang di luar sana tanpa sedikit pun mengingat kenikmatan dari sang pencipta.
***
            Sepertinya sore ini Dina telat datang ke mushola sekolah tempat dimana ia membimbing tiga orang mentee yang sampai saat ini masih istiqomah menjalani mentoring bersama Dina. Tugas kuliah yang harus dikirim sore ini juga melalui via email membuat dirinya sedikit terlambat datang ke tempat mentoring. Walaupun sebelumnya ia sudah memberi kabar keterlambatannya melalui via sms pada ketiganya tetap saja ia merasa tak enak hati jika membuat mentee nya menunggu lama.
            Segera Dina meluncur bersama motornya ke tempat tujuan setelah dirinya selesai mengirim tugas. Sungguh Dina tak ingin membuat menteenya menunggu kehadirannya terlalu lama.
            "Assalamualaikum," ucap Dina ketika dirinya tiba di musholla, tetapi alangkah terkejutnya ia melihat ketujuh mentee yang terserang muntaber hadir kembali di musholla seperti dulu. Seluruh lelah yang ia rasakan sejak tadi pagi seakan sirna ketika melihat wajah-wajah yang selama ini ia rindukan.
            "Waalaikumussalam," jawab mereka serempak seraya mendekati Dina, memeluk erat tubuh Dina merasakan indahnya dekapan ukhuwah.
            "Terimakasih Kak, atas doa-doa yang kau panjatkan juga usaha yang kau lakukan hingga kini kami mendapat hidayah kembali dari Allah tuk mengikuti mentoring kembali bersama mu," bisik Mawarni lembut di telinga Dina. Ya lagi-lagi Mawarni yang mewakili suara teman-temannya.
            "Jalan dakwah masih panjang, mari kita kuatkan tali ukhuwah kita tuk terus melangkah bersama dalam jalan yang diridhoi Allah," ucap Dina sebelum memulai mentoringnya kali ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kursor