Selasa, 26 Juni 2012

SEPATU MERAH MUDA



Add caption

Ayah, hari ini Syifa diejek lagi,katanya sepatu syifa jelek, dan yang pakai sepatu jelek gak boleh masuk sekolah”tangis Syifa pecah. Ketika sampai dirumah ayahnya dengan terpaku,dia melihat sepatu anak perempuannya itu. Sepatu itu memang dianggap sudah tak layak pakai,bagian yang depan sepatu memang menganga lebar,sedangkan warnanya sudah tiak bisa dibilang berwarna biru lagi.pak Rahmat, ayah Syifa membeli sepatu itu dua tahun yang lalu ketika Syifa baru masuk sekolah dasar, kini Syifa sudah duduk dikelas tiga
.


“Nanti kalau ayah dapat rezeki, Syifa ayah belikan sepatu baru,makanya sehabis sholat doakan ayah ya” belaian lembut tangan ayahnya dapat meredakan tangis Syifa. Sejak ibu
pergi ke Malaysia untuk bekerja setahunn yang lalu,maka pak Rahmatlah yang harus merawat dan mmebesarkan Syifa sekaligus menafkahinya. jauh didalam batin pak Rahmat, dia merasakan kesediahan yang luar biasa.dia merasa tidak bisa membahagiakan anak sematawayangnya itu.baginya sulit mendapatkan sejumlah uang untuk membelikan Syifa sepasang sepatu,karena untuk makan sehari-hari saja rasanya begitu sulit. Jika ada tetangganya yang baik dan memberi makanan,barulah mereka makan enak,karena pak Rahmat hanya seorang buruh pengangkut beras dipasar yang terkadang gajinya tak sebanding dengan tenaga yang dia keluarkan.”ayah, Syifa mau berangkat sekolah dulu ya, nanti siang pokoknya ayah harus sudah membelikan sepatu, soalnya syifa malu yah,”


“Insya Allah,yang penting, Syifa sekolah yang rajin”Syifa berangkat sekolahsetelah mencium tangan ayanhnya. Semburat kesedihan masih jelas terlihat diwajah pak Rahmat.Dia segera menuju pasar berharap akan mendapatkan rezeki yang banyak hari ini.


“Ayah,Syifa ingin sepatu yah,” bibir Pak Rahmat terasa kelu, dia tak bisa menjawab pertanyaan anaknya kemarin, sehabis pulang sekolah badan Syifa panas Syifa terkena demam dan kini dia selalu mengigau ingin dibelikan sepatu.hal ini tentu saja sangat membuat pak Rahmat terpukul.pak Rahmat sudah mencoba pinjam sanma-sini tapi hasilnya nihil, karena hutang pak Rahmat sudah terlalu banyak sehingga tetangga pak Rahmat tidak memberikan pinjaman padanya.”Syifa harus sembuh,nanti ayah belikan sepatu yang bagus”Syifa hanya bisa tersenyum


Dipasar, ”rampok.........rampok....”teriak seorang ibu,orang yang ada disana langsun g mengejar sirampok walau tanpa dikomando maling tersebut dengan terburu-buru mengmbil langkah seribu ketika sadar dirinya sedang dikejar ketika sampai disebuah gang,maling pun berbelok dan bersembunyi dirumah kosong yang terletek didalam gang itu,seingga massa tak dapat menemukannya. Massa yang sudah kesal kembali lagi kepasar dan melanjutkan aktifitasnya masing-masing. ”Mah....Desi jadi gak punya sepatu sepatu dong mah”rengek anak permpuan berusia sekitar selapan tahun.”mungkin sepatu itu bukan rezeki kita sabar ya”seru seorang ibu yang tadi kehilangan barng belanjaannyayang berupa sepatu yang baru saja dibeli tetapi untungnya dompetnya bisa diselamatkan.
Disekolah Syifa. ”Hai teman-teman lihat nih sepatubaruku warnanya biru muda baguskan?”seru desi kepada teman-temannya.”wah bagus ya”



“Kamu beli darimana Des?”aku gak tahu belinya dimana. Yang penting ibuku membelinya setelah kami pul;ang dari pasar.oh ya tahu gak,kemaren aku dan ibu kepasar,aku membeli sepatu warnanya merah muda, ada pita dipinggirnya pokoknya bagus deh!”
“Tapi sekarang kenapa gak dipakai”seru Thomas
“Soalnya........soalnya sepatu itu diambil orang waktu aku dan ibu masih dipasar”
“Kamu tahu siapa yang ngambil?”tanya Syifa
“Aku gak tahu tapi aku curiga ama tukang pikul beras,soalnya ketika kami masuk ke toko sepatu dia memperhatikan gerak-gerik kami berdua”.


Tet...............tet.......
Bel pulang pun berbunyi,Syifa segera membereskan buku-bukunya kaena ayahnya hari ini akan membelikannya sepasang sepatu baru.dia tidak akan diejek lagi oleh teman-temanya.
“Ayah...mana sepatunya?”
“Ini,”seru ayahnya sambil menyodorkan sepasang sepatu merah muda yang dihiasi pita dipinggirnya. Syifa menerimanya dengan senang, tetapi ketika dilihatnyasepasang sepatu merah muda itu, raut wajahnya berubah, adlam hatinya penuh tanya.matanya menatap mata pak Rahmat.pak Rahmat tersenyum, tetapi dalam hatinya dipenuhi rasa bersalah.maafkan ayah nak,ayah melakukan ini karena ayah ingin mebuat kamu senang tetapi karena faktor kemiskinanlah yang mendorong ayah untuk melakukan ini,seru pak Rahmat dalam hati.pak Rahmat segera meraih tubuh mungil Syifa untuk dipeluknya tetapi Syifa malah berlari menjauh.....,menjauh,kini dibenaknya dipenuhi berbagaimacam pertanyaan.benarkah aynh yang mengambil sepatu Desi?ayahkan bekerja sebagai buruh pikul beras,sepatu itu sma persis sepeti yang diceritakan Desi.saat ini dirinya ingin menjauh.......menjauh dari kenyataan,dan masih terekam jelas nasehat ayahnya “walaupun kita miskin,tapi kita tidak boleh mencuri nak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kursor